Itulah Allah "Sang Maha Cahaya" yang menerangi jagat raya meliputi langit dan bumi beserta segala isinya. Tidak ada satupun yang tidak mendapat pancaran cahaya-Nya. Tumbuh-tumbuhan, binatang dan tak terkecuali manusia, kita adalah makhluq yang paling membutuhkan cahaya-Nya. Allah lah "cahaya abadi" yang didalam genggaman-Nya muncul terang dan gelap, dengan iradah-Nya pula siang dan malam datang dan pergi, dan dengan rahmat-Nya semata rembulan dan mentari hadir silih berganti. Semua itu sebagai tanda kekuasaan-Nya yang sekaligus bukti cinta kasih-Nya terhadap segenap makhluk-Nya. Agar mereka melihat qudrah-Nya, merasakan ridha dan murka-Nya, seraya memuja :
Permasalahannya sekarang adalah, jalan hidup manakah yang hendak kita tempuh? Jalan kehidupan yang terang benderang dengan cahaya bertaburan, ataukah jalan gelap yang mencekam dan berselimut kelam? Sebagai insan yang beriman pasti kita akan mendambakan jalan kehidupan yang pertama. Semua akan berharap menjadi insan yang bersinar, sosok yang bercahaya yang mampu menerangi siapapun yang ada disekitar kita. Bukan sebaliknya, sosok yang gelap yang menyebarkan kegelapan pada siapapun yang dijumpainya. Walhasil, siapakah kita? Apakah kita termasuk insan yang bercahaya? Jika "ya", seberapa terang cahaya kita. Namun, jika ternyata kita termasuk kategori orang yang gelap, lalu seberapa gelap gulitanya diri kita?M
Mari kita persiapkan diri kita untuk menghampiri cahaya Allah. Semoga kita diberi kemudahan untuk menerima pancaran siraman cahaya-Nya. Semoga cahaya itu dapat bersinar terang di hati dan jiwa kita. Sehingga ia benar-benar menjadi "pelita" dalam kehidupan kita.

