Sumber: https://images.app.goo.gl/QC42KyyAG84CKZu16
"Lisan itu tergantung pada kebiasaan" begitulah kata orang bijak. Apabila terdengar "gonggongan", semua tahu bahwa itu pasti suara anjing. Jika muncul suara "kokokan", semua faham bahwa itu pasti suara ayam. Manakala ada yang berkicau, dengan mudahnya seseorang menebak bahwa itu pasti suara burung.
Tapi, ada yang unik dengan diri manusia, sebab dirinya makhluq yang bisa menirukan semua jenis suara. Manusia memiliki kemampuan dasar untuk bergonta-ganti suara. Sehingga, seseorang seringkali terkecoh dan terperdaya oleh tampilan luarnya, apakah ini manusia atau bukan? Maka, beruntunglah bagi siapapun yang terbiasa dengan kata-kata yang benar lagi tepat dan tidak terbiasa dengan kata-kata yang tiada guna serta basa-basi semata.
Apakah laghwun itu? Ketahuilah, itulah wujud kebathilan, kesalahan, senda gurau, kata-kata keji, jorok, cabul, kesia-siaan dan segala ucapan yang tidak menyentuh hati nurani yang suci.
We can't not communicate!, yang berarti kita tidak dapat menghindari komunikasi. Justeru sebaliknya, kehidupan itu tercipta dari jalinan komunikasi dan tanpa adanya komunikasi sesungguhnya seseorang telah mati. Maka, barangsiapa yang mampu membangun komunikasi dengan baik, berarti ia telah berhasil hidup secara individual dan sosial.
Sebaliknya, barangsiapa yang gagal dalam membangun komunikasi, pasti akan merasakan dampak fatal dalam hidup ini. Karenanya, setelah Allah menciptakan manusia DIA pun mengajarkan kemampuan berkomunikasi.
"Mulutmu hariaumu", begitu pula ungkapan yang sering ditujukan kepada siapapun yang tidak mampu mengamankan lisannya. Lisan yang semestinya berfungsi sebagai media penyambung hati diantara sesama manusia, justeru berubah menjadi sebilah pisau tajam yang memutus jalinan persahabatan, persaudaraan serta kebersamaan.
Tags:
karya hati