Jika ada sebuah pertanyaan, adakah manusia yang tidak berharap hidup bahagia? Jawabnya; tidak ada. Kenapa? Sebab, secara fitrah, manusia memiliki perasaan, fikiran dan suara hati yang sama. Setiap jiwa pasti sepakat bahwa mereka ingin hidup bahagia dan tidak sekalipun menghendaki hidup sengsara. Bagi manusia, kebahagiaan bukan sekedar cita-cita dan asa, bukan hanya impian dan harapan ataupun sebatas keinginan dan idaman.
"Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam 3 hal, dalam sholat, berdzikir dan membaca al Quran. Jika kalian dapatkan, maka itulah (bahagia) yang diinginkan. Namun jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu, maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan telah tertutup bagi anda."
Ikhlas adalah keterampilan kita untuk berpasrah dan berserah diri. Keikhlasan hati merupakan energi tertinggi yang akan memotivasi diri untuk menyempurnakan ikhtiar, serta kepasrahan diri kepada Dzat Yang Maha Pemberi. Energi ikhlas akan bersinergi dengan rasa syukur dan kesabaran, sehingga melahirkan ketenteraman dan kedamaian di dalam hati. Sabar menghadapi ketidaksesuaian antara keinginan dengan kenyataan dan mensyukuri yang Allah 'Azza wa jalla berikan merupakan strategi untuk mengubah kegelisahan dan kegundahan menjadi ketenangan dan kedamaian.
Islam tidak pernah melarang manusia untuk menentukan seberapa tinggi target yang hendak diraihnya dalam kehidupan. Yang pasti adalah, perasaan ikhlas, sabar dan bersyukur merupakan anak tangga yang harus dilewati di sepanjang jalan kehidupan untuk bisa meraih kata bahagia.