sumber : canva
Sadar atau tidak, pada saat membaca teks itu dihadapan public, berarti seseorang telah memprokramirkan dirinya sebagai "I AM NOT THE BEST" atau "LASTU BIKHAIRIKUM".
Seorang da'i harus mau dan mampu bersikap jujur pada diri sendiri serta memiliki kepekaan terhadap suara hatinya. Dengan terlebih dahulu mengikrarkan sebuah i'tiraf (pengakuan), diharapkan jiwa seorang da'i dapat terkendali selama ia berdakwah. Sebab, nafsu selamanya akan memprovokasi fitrah (god spot) agar bersikap destruktif dan kontra produktif.
Dia diarahkan agar tampil sopan, tawadhu' dan bersahaja. Bukan sebaliknya, bersikap arogan, takabbur dan terkesan kurang beretika. Dakwahnya diharapkan bisa teduh, sejuk, terarah, terkontrol dan terukur secara proporsional. Bukannya malah berkacak pinggang, bermodal aji mumpung dan berfikir bahwa podium adalah pentas pameran yang haus pujian dan sanjungan.
Memang, ketika seseorang berdakwah pada hakekatnya ia sedang menebar benih keselamatan, menyemai benih perdamaian dan kebahagiaan surgawi. la dituntut mampu menanam manfa'at dan maslahat yang sebanyak-banyaknya disepanjang jalan yang hendak dilewati oleh segenap insan. Hal ini akan dapat terealisasi manakala setiap da'i memiliki modal "personal strength" (ketangguhan pribadi).
Yaitu kemampuan untuk menundukkan emosi dan menciptakan dirinya sebagai prototype nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang). la memiliki kesanggupan untuk mendermakan semua potensi positif yang ada pada dirinya sebagai manifestasi dari konsep rahmatan lil'alamin.
Tags:
motivator